.

.

Selasa, 07 Oktober 2014

ME & FRIEND


MY FAMILY

ME


KESEMPURNAAN MANUSIA


Ibnu Sina mendefinisikan kesempurnaan manusia sebagai berikut, “Seorang yang memiliki ilmu yang telah sampai pada tingkatan kesucian sedemikian sehingga terlepas dari segala pengaruh materi dan keterikatan raganya. Dia berjalan dengan ikhlas ke alam tertinggi malakuti dan merasakan kelezatan-kelezatan yang lebih tinggi.”

MUKZIZAT

Apa nilai mukjizat? Ahli logika dan ahli filsafat membagi materi yang digunakan untuk memperdebatkan urusan menjadi beberapa jenis. Sebagian argumen ada nilai tahkiknya. Argumen-argumen tersebut sangat kuat, seperti yang terjadi pada data yang digunakan ahli matematika. Sebagian argumen lainnya hanya memiliki nilai persuasif, seperti yang terjadi pada argumen-argumen yang diajukan ahli retorika. Namun sepanjang tidak dianalisis, argumen-argumen seperti itu ternyata sangat mengesankan. Sebagian argumen lainnya semata-mata emosional atau ada nilainya yang lain.

PELAN

Saya menyukai pagi: dengan gerimis atau sinar matahari, saya akan berjalan mengikuti bayang-bayang pohon sepanjang alur, atau sebaliknya,  duduk tiga menit memejamkan mata di depan jendela terbuka. Ada  sisa harum kemuning yang mekar semalam dan bau daun-daun yang lumat di rumput becek. Ada suara burung yang cerewet — ya, pagi adalah suara burung yang cerewet.  Juga suara tokek, bunyi berat yang  sabar satu demi satu, seakan-akan melawan kecepatan detik.
Mungkin saya menyukai pagi karena di sana saya  berlindung dari kecepatan detik.

BAHAGIA DALAM SENGSARA


Chuang Tzu, Bapak Taoisme, gemar menyamakan dirinya dengan kupu-kupu. Menjelang wafat, para murid sepakat hendak membaringkan Chuang Tzu dalam peti indah agar jasadnya tidak dimangsa burung gagak.Chuang Tzu menghardik, "Kalian takut aku dimangsa burung gagak. Toh dalam peti indah sekalipun aku tetap dimakan cacing dan rayap. Jadi sama saja." Chuang Tzu tidak mau terikat dengan apa pun di dunia yang fana. Sebagaimana kupu-kupu, Chuang Tzu ingin terbang lepas bebas.Kupu-kupu memang identik dengan cinta, kerendahan hati, kebahagiaan, kebebasan, dan pengorbanan. Di penghujung musim kemarau, kupu-kupu kuning biasanya terbang dari arah barat menuju utara. Mereka bermigrasi mengikuti semilir angin bertiup. Kupu-kupu kuning berbondong-bondong dalam jumlah besar hanya untuk mati di utara. Kupu-kupu itu menjadi pertanda sebentar lagi musim hujan akan datang. 

IBRAHIM, KURBAN, DAN CINTA

Lembaran sejarah peradaban umat tak pernah lepas dari nama Ibrahim. Dia adalah bapak para Nabi dan Rasul. Ibrahim telah meletakkan dasar keberagamaan dan menjadi "panduan" dalam kehidupan.

Ibrahim muda memulai proses pengenalan dan pencarian Tuhan melalui penginderaan terhadap binatang, bintang, bulan, dan matahari. Namun, Ibrahim mengalami kekecewaan karena itu semua lenyap dan hilang di peredaran waktu. Kemudian, Ibrahim menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dzat yang Maha Agung yang menciptakan langit dan bumi.

Ibrahim pun akhirnya bersaksi, ia bukanlah yang termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya, yang diabadikan dalam Alquran surah al-An’am (6: 75-79).

MENUNGGU ANTIGONE

Berani, sekali lagi berani, dan selamanya berani,” begitu ucapan Danton yang dihayati dan diamalkan oleh Antigone.

Dramawan Perancis, Jean Anouilh (1910-1987), melahirkan Antigone lewat sebuah lakon. Tokoh perempuan ini merupakan wakil semangat yang menentang dan menyerukan perlawanan terhadap tirani raja Creon.

Antigone digambarkan sebagai perempuan heroik yang berani berkata ”Tidak!” saat banyak orang berseru ”Iya.” Sikap itu membuatnya diakrabi kesulitan sampai-sampai lupa bahwa dirinya adalah perempuan yang seharusnya menjaga penampilan.

Sebaliknya, ia membiarkan tubuhnya kurus kering sehingga memudarkan kecantikannya. Wajar jika ia lalu nyaris tak mengenal makna cinta, apalagi setelah lelaki yang ia kagumi lari ke pelukan perempuan lain.

KEHENINGAN

 Orang-orang tidak dapat melihat pantulan wajah mereka di air mengalir, melainkan hanya di air tenang. Hanya orang yang tenang bisa tetap menjadi pencari ketenangan.
-- CHUANG TZU

Setiap manusia butuh hening, meski tak panjang. Frekuensi kerja otak dan laku pikir yang masif kalanya harus diistirahatkan meski tubuh sedang terjaga.

 Ironinya, hening itu langka. Di kota-kota besar, nuansa alam yang mendekatkan manusia memetik keheningan nyaris sukar didapat.